Duta Parenting Maluku Makan Bersama Anak-Anak Stunting di SBT

Kufar – Siang itu, Selasa 11 Februari 2020, terik matahari terasa menusuk kulit. Kufar Pantai, perkampungan nelayan yang berjarak 54 kilometer dari Bula, ibukota Kabupaten Seram Bagian Timur tampak bersolek. Sebelum masuk ke area kampung, kiri-kanan jalan penuh dengan baliho ucapan selamat datang Gubernur Maluku dan Duta Parenting (Perangi Stunting) Provinsi Maluku.

Kampung di Kecamatan Tutuktolu yang berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Maluku ditemukan 52 kasus anak-anak mengidap stunting atau gizi kronis ini, siang itu ramai sekali. Hampir semua penduduknya keluar dari rumah. Anak-anak sekolah berdiri berjejer membentuk pagar hidup. Selepas itu, para tokoh masyarakat berdiri menyambut kedatangan tamu yang ditunggu.

Meskipun dalam kesederhanaan, sambutan masyarakat begitu riuh dan meriah. Setidaknya ada delapan group tari-tarian dan group menyanyi menyambut kedatangan para tamu, sejak turun dari mobil hingga berjalan kaki menuju lokasi acara yang berjarak kurang dari 150 meter. Perjalanan kaki gubernur menuju lokasi acara beserta rombongan, diiringi tabuhan tifa dan rebana.

Hadirnya Duta Parenting Provinsi Maluku, Widya Murad Ismail, dalam kunjungan kali ini agak berbeda dari kunjungan-kunjungan sebelumnya saat ia turun ke daerah locus stunting. Kali ini, ikut pula sang suami, Gubernur Maluku Murad Ismail, Ketua DPRD Maluku Lucky Wattimury, Sekda Maluku Kasrul Selang, para pimpinan OPD di lingkup Pemprov Maluku, juga para pimpinan Balai UPT Kementerian PUPR di wilayah Maluku. Ikut pula Bupati dan Wakil Bupati Seram Bagian Timur beserta jajarannya.

Dalam kunjungan kali ini, Widya turun langsung berdialog dengan anak-anak stunting beserta orang tuanya. Selain memberikan pengarahan terkait pentingnya pemenuhan gizi seimbang untuk tumbuh kembang anak, Widya duduk lesehan di lantai dan makan bersama dengan mereka. Ia tampak menikmati, saat menyuapi satu per satu anak-anak stunting.

‘”Ibu-ibu harus biasakan anak untuk makan makanan bergizi. Tidak perlu mahal, yang penting sehat. Harus ada ikan, dan sayur,” imbau Widya.

Ia menyarankan kepada orang tua untuk tidak selalu membiasakan anak-anak mereka mengkonsusmi mie instan dan cemilan yang tidak sehat. Selain itu, dia mengajak agar pekarangan rumah dimanfaatkan untuk menanam sayur-mayur.

“Ada bantuan bibit sayur yang akan saya serahkan. Kalau bisa ibu-ibu dapat menamnya di pekarangan rumah agar mudah memperoleh sayur untuk keperluan masak keluarga,” ajaknya.

Widya cukup lama berdialog dan menanyakan apa penyebab sehingga anak-anak penderita stunting di Kufar cukup tinggi. Terungkap dalam dialog itu, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya asupan gizi seimbang bagi anak termasuk 1000 hari kehidupan anak sejak dalam kandungan.

Usai berdialog Widya menyampaikan, permasalahan stunting disebabkan oleh pola makan yang tidak terbiasa dengan asupan makanan bergizi dan seimbang buat anak.

“Ternyata anak-anak mereka tidak terbiasa makan sayur. Tadi saya coba suapin, saya lihat reaksi anak-anak, dia ngeh. Itu artinya dia tidak terbiasa makan sayur di rumah,” ungkap Widya.

Ia berharap, kunjungannya ke locus-locus stunting dan berinterkasi langsung dengan para orang tua yang anaknya menderita stunting, secara bertahap bisa merubah perilaku hidup mereka.

“Kita harus turun agar kita bisa mengedukasi mereka, mensosoalisaikan betapa pentingnya sayur dan makan ikan, apalagi daerah ini juga kampung nelayan,” jelas Widya.

Dikatakannya tahun 2018, angka stunting di Maluku masih cukup tinggi yakni, 34 persen. Dengan demikian, dari 10 anak, terdapat 3 sampai 4 kasus anak yang menderita stunting.

“Apa yang saya lakukan ini bagian dari upaya untuk perangi stunting. Kita turun dan langsung mengedukasi para orang tua dan ibu hamil, karena ketidaktahuan mereka bahwa perlunya gizi yang seimbang bagi anak,” tandas Bunda PAUD Maluku ini.

Dokter Spesialis Anak, Dwi Murti, yang tergabung dalam Tim Kesehatan Provinsi Maluku, mengakui, jumlah anak stunting di Desa Kufar mencapai 52 anak, dan 2 anak gizi buruk.

“Anak-anak ini sudah ditangani oleh dinas kesehatan kabupaten, dan sekarang dalam tahap pembinaan,” kata Murti.

Stunting, kata dia, bukan hanya tentang kerdil atau pendeknya fisik anak, tapi juga cara berpikirnya. Karena itu, penangananya tidak hanya bisa dengan medis.

“Penanganannya harus komprehensif, mulai dari pendidikan dan sosial, untuk tumbuh kembangnya di kemudian hari, dan dari kesehatan untuk mengoptimalkan kondisinya yang sudah stunting,” jelasnya.

Dia menambahkan, permasalahan stunting juga bukan hanya disebabkan pola makan anak setelah mereka lahir. Kontribusi besarnya juga saat masih masa kehamilan.

“Saat kehamilan, bisa saja ibunya tidak memperhatikan asupan gizi saat makan,” paparnya.

Sepekan sebelum kunjungan Widya sebagai Duta Parenting Maluku ke kabupaten berjuluk Ita Wotu Nusa itu, telah dilakukan bakti kesehatan oleh Tim Kesehatan Provinsi Maluku di kabupaten itu melibatkan dokter spesialis anak, dokter spesialis gizi, doktef spesialis jiwa anak, dan psikolog.

Saat tiba di Kufar, Widya menyerahkan sejumlah bantuan kepada masyarakat. Bantuan yang diserahkan yakni sarana cuci tangan dari Balai Cipta Karya kepada Madrasah dan PAUD setempat, bantuan timbangan bayi dan tikar ukur untuk Posyandu, bibit mangga okulasi, alat kesehatan, bantuan KIT ibu hamil, KIT bayi baru lahir, PMT untuk balita dan ibu hamil KEK, bantuan bina keluarga balita kepada kader pembina keluarga balita, bantuan hibah bagi PAUD, serta bantuan bibit sayur-sayuran. (**)

sumber : http://www.wartamaluku.com/widya-makan-bersama-anak-anak-stunting-di-sbt/

Share this
Facebook
Twitter
WhatsApp